SULAK | #5 - RERASAN SEBAB BERBUKA PUASA DULU
CAKYUS.COM - Bulan Ramadan sudah memasuki setengah bulan dan masih saja seperti biasanya tak ada yang special dari Karto dan teman-temannya.
Karto dan Sutris selama Bulan Puasa ini selalu berpuasa penuh setiap harinya dan tidak pernah bolong sampai setengah bulan ini. Sungguh ini sangat biasa bagi mereka karena memang sudah dilatih sejak kecil.
Karto sudah puasa penuh sejak kelas 3Sekolah Dasar dan Sutris sejak kelas 2 SD sudah sangat rajin puasa. Tak lupa, kegiatan anak-anak adalah main petasan setelah sahur sehingga dapat meramaikan suasana Ramadan.
Petasan dilempar sana-sini—petasan korek kecil—yang digunakan saling serang antar kubu (antar dusun). Keseruan tanpa adanya demo atau pertikaian dan adanya hanya kebahagiaan diraut muka mereka.
Suatu hari, Karto melaksanakan jadwalnya untuk ngepel masjid bersama teman satu RT bernama Azis. Siang semakin panas dihibur suara kicauan burung gereja yang berada di atap Masjid.
Lelah setelah 1 jam menyelesaikan berdua saja, Azis nyeletuk, “Eh, kok Sutris gak datang ya, To?”. Karto lantas menjawab, “Mungkin ada urusan sama Bapaknya, Zis”.
Terjadi perbincangan lama sampai-sampai melakukan hal yang tidak disengaja yaitu “merasani” atau “gibah” tentang Sutris. Selama dua jam tak terasa sambil membicarakan orang-orang disekitar desa.
Kemudian Sutris datang membawa dua plastic es jeruk dan nyeplos saja,” Kalian tadi ngomongin orang kan? Lagi ghibah ? aku denger kok”. Sambil nyodorkan dua es tadi “Nih minum dulu”.
“Eh kami puasa kok ditawari Es, Kamu ini gimana sih Tris?”, saut si Azis yang sedikit tersipu malu karena ketahuan rasan-rasan.
“Lho, puasa kamu hanya menahan lapar dan dahaga saja lho karena pahala kalian dah gak dapet karena gibah tadi, kata Pak Kiai gitu. Makanya aku bawaain Es sekalian juga ta dahaga hilang daripada menahan dahaga gak dapet apa-apa”. Ceramah singkat si Sutris.
Akhirnya mereka berdua percaya saja apa yang dibilang Sutris dan minum Es. Tiba-tiba Pak Kiai tadi datang ke Masjid menjenguk hasil bersih-bersih Karto dan Azis.
---------------------
“Pinter, ya”, Pak Kiai.
Kemudian Pak Kiai menjelaskan lebih panjang kepada mereka bertiga bawasannya yang dimaksudkan diatas adalah supaya kita tidak suka menggibah dan selalu menahan nafsu yang buruk selama berpuasa.
Bukan berarti kalau kita “rerasan” terus mending makan atau minum saja karena kita memang dilatih supaya lebih bias sabra dalam menjalankan ibadah. Bukan berarti puasa kita batal lho.
Seperti halnya Salat. Dalam salat kita disuruh untuk khusu’ kan. Bagaimana jika kita dalam salat tidak khusu’ dan malah kepikiran banyak hal? Apakah itu membatalkan salat? Kan ya tidak.
“Ohh begitu ya Pak Kiai”, bertiga serentak menjawab dalam gemingan mulut yang masih basah dengan dinginnya es jeruk.
Kemudian Pak Kiai menjelaskan lebih panjang kepada mereka bertiga bawasannya yang dimaksudkan diatas adalah supaya kita tidak suka menggibah dan selalu menahan nafsu yang buruk selama berpuasa.
Bukan berarti kalau kita “rerasan” terus mending makan atau minum saja karena kita memang dilatih supaya lebih bias sabra dalam menjalankan ibadah. Bukan berarti puasa kita batal lho.
Seperti halnya Salat. Dalam salat kita disuruh untuk khusu’ kan. Bagaimana jika kita dalam salat tidak khusu’ dan malah kepikiran banyak hal? Apakah itu membatalkan salat? Kan ya tidak.
“Ohh begitu ya Pak Kiai”, bertiga serentak menjawab dalam gemingan mulut yang masih basah dengan dinginnya es jeruk.
_____________
Post a Comment for "SULAK | #5 - RERASAN SEBAB BERBUKA PUASA DULU"